Sabtu, 24 September 2011

ketika akhwat menangis

ketika akhwat menangis...
itu bukan berarti dia sedang mengeluarkan senjata terampuhnya, melainkan justru dia sedang mengeluarkan senjata terakhirnya.
ketika akhwat menangis...
itu bukan berarti dia tidak berusaha menahannya, melainkan karena pertahanannya sudah tidak mampu lagi membendung air matanya.
ketika akhwat menangis...
itu bukan karena dia ingin terlihat lemah, melainkan karena dia sudah tak sanggup berpura pura kuat.
ketika akhwat menangis...
bukan berarti dia ingin mencari perhatian, melainkan karena apa yang dia perhatikan telah mengabaikannya.
ketika akhwat menangis...
bukan berarti dia mengharapkan belas kasihan, melainkan dia sedang mengasihani dirinya sendiri.
ketika akhwat menangis...
bukan berarti dia ingin membuat sesuatu yang dia tangisi merasa bersalah, melainkan karena dia tau kesalahan apa yang membuat keadaan menjadi demikian.
ketika akhwat menangis...
bukan berarti dia sedang memancing kepedulian semua orang terhadapnya, melainkan justru karena dia tahu bahwa tidak akan ada orang yang peduli.
dan
ketika akhwat menangis...
janganlah kau menghukumnya dengan meninggalkannyanya begitu saja,
karena dia tidak mampu membawa berjuta tetes air matanya sambil mengejar mereka... 

Senin, 27 Juni 2011

10 gunung tertinggi di dunia

Daftar nama gunung, tinggi dan letak lokasi geografisnya :
1. Gunung Everest/sagarmatha/chomolungma yang berada di negara Nepal dan Cina memiliki tinggi 8.848 meter.

2. Gunung Godwin Austen/k2/qogir yang berada di negara Pakistan dan Cina memiliki tinggi 8.611 meter.

3. Gunung kangchenjunga yang berada di negara nepal dan india memiliki tinggi 8.586 meter.

4. Gunung lhotse yang berada di negara nepal dan cina memiliki tinggi 8.516 meter.

5. Gunung makalu yang berada di negara nepal dan cina memiliki tinggi 8.485 meter.

6. Gunung cho oyu yang berada di negara nepal dan cina memiliki tinggi 8.188 meter.

7. Gunung dhaulagiri yang berada di negara nepal memiliki tinggi 8.167 meter.

8. Gunung manaslu yang berada di negara nepal memiliki tinggi 8.163 meter.

9. Gunung nanga parbat yang berada di negara pakistan (kashmir) memiliki tinggi 8.126 meter.

10. Gunung annapurna 1 yang berada di negara nepal memiliki tinggi 8.091 meter.

Minggu, 26 Juni 2011

Cintaku Jauh dilangit

Oleh: S. Gegge Mappangewa

JAUH kulepaskan tatapan, terbang bebas di atas hamparan kebun teh dan lintasan Jakarta Bandung yang meliuk berliku, juga menukik. Di sini, di atas sebuah bukit, di areal perkebunan teh Puncak, Jawa Barat, kurapatkan duduk dari tadi. Ada rindu menyeruak di antara haru yang kurasakan sesak setiap kucoba mengingat kenangan setahun lalu, di sini, Ramadhan yang lalu, bersama Abraar.
Sengaja memang, kutinggalkan Jakarta menuju Puncak. Hanya untuk melihat kembali saksi kisah bahagia sekaligus kisah perih yang pernah terajut di sini. Kisah itu mengalun kembali seiring menggemanya nama Abraar memenuhi ruang hatiku, ketika kucoba mendesiskan namanya.

Aku tak boleh menangis meski haru menyeruak, aku tak mungkin mengikuti emosi jiwa yang ingin selalu meneriak¬kan namanya. Semua demi keabsahan puasaku, juga kerelaanku menerima takdir. Kisah lalu itu adalah perjalanan hidup, mungkin seperti lintasan Jakarta Bandung yang penuh liku.
"Hey!"
Seorang cowok datang menyapaku. Kubalas dengan senyum. Terlalu sibuk dengan kisah lalu, aku telah meng¬anggap diriku sebagai penghuni tunggal bukit ini. Padahal sejak siang tadi, pengunjung banyak berdatangan. Sekadar menikmati hawa dingin bukit ini, hijaunya hamparan teh atau aktraksi paralayang yang bertolak dari bukit ini sambil menunggu waktu berbuka puasa.
Paralayang? Aku menggeleng perlahan, tanpa sadar. Cowok di sampingku mengerutkan kening tanda tak mengerti dengan gelenganku.
"Namaku Kade,” ucapnya kemudian sambil mengulurkan tangan untukku.
“Vira !” balasku singkat tanpa meraih uluran tangannya.
“Kamu sepertinya ada masalah" ucapnya lagi sambil menarik kembali uluran tangannya yang tak kusambut.
Aku terdiam. Dingin yang semakin menusuk membuatku menarik ruslui¬ting jaket, lalu melipat tangan di dada. Kualihkan kembali tatapanku ke kaki bukit. Lintasan Jakarta Bandung, sepi. Hanya sesekali kendaraan melintas, membuat jalan beraspal itu seperti liukan anaconda raksasa yang sedang tertidur. Kade, cowok yang agak jauh di sampingku, nampaknya belum juga beringsut. Bahkan berceloteh sendiri.
"Dulu, setiap ada masalah, aku selalu melarikan diri ke sini,” ungkap¬nya. “Jarak Bandung ke sini, nggak kupeduli. Di sini aku bisa sendiri, bahkan terbang ke langit sana.” lanjut¬nya sambil menatap langit barat.
Aku yang dari tadi menganggapnya patung, kini terhipnotis untuk balik menatapnya. Kalimatnya membuat bayangan Abraar seperti utuh berada di depanku.
Dulu, Abraar selalu ke sini. Tiap minggu! Menunggu angin datang, lalu mengembangkan parasutnya. Terbang melintas di atas hamparan kebun teh, semua karena dia berambisi untuk menjadi atlet para¬layang.
Abraar, pemilik lesung pipit itu kurasa¬kan semakin nyata di depanku. Tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi. Dan lesung pipinya, seolah memiliki magis yang mampu melesakkan aku masuk ke dalamnya. Namun semua kesempurnaan itu membuatku semakin tak bisa berharap banyak. Jalan bersama dia pun rasanya sudah anugerah besar buatku. Hanya keramahan, juga kerendahan hatinya yang membuatnya mau berteman denganku. Siapa sih yang mau berteman dengan gadis cacat sepertiku? Kalau pun banyak yang memujiku cantik, namun terlalu sedikit yang mau jalan dengan seorang cewek berkaki pincang sepertiku.
Tapi Abraar, awal kedekatannya denganku kuanggap sebuah hinaan. Aku salah sangka, aksi pedekate nya padaku kupikir hanya karena otakku yang encer. Karena kutahu betul, dia selalu berada di peringkat terakhir bahkan pernah terancam tidak naik kelas.
Namun ketika dia berhasil menak¬lukkan hatiku untuk menjadi temannya. Abraar lain dari yang kupikir. Dia tak pernah memberiku kesempatan untuk putus asa, tak pernah malu melangkah di sampingku, yang jalannya terseok-¬seok karena kaki kiriku yang tidak normal sejak lahir.
“Semua karena aku tahu, tak banyak yang mau berteman dengan kamu,” ungkapnya jujur ketika kutanya alasan kedekatannya denganku.
Beribu kalimat sumbang pun akhirnya terlontar. Abraar yang otaknya tumpul di kelas, ternyata juga berotak udang dalam mencari pacar. Vira, gadis cacat yang bukan hanya pintar di kelas tapi juga punya ilmu hitam yang bisa membuat cowok bertekuk lutut. Dan entah kalimat apalagi, yang semakin membuatku sadar dengan kekuranganku.
Aku tenang saja. Toh, Abraar juga tak menanggapinya. Tapi ketenangan itu akhirnya terusik juga. Terusik oleh mimpi seekor pungguk sepertiku yang merindukan bulan, jauh di langit sana. Kedekatanku dan banyak jalan bersa¬manya telah membuat hatiku dihinggapi penyakit cinta yang tidak seharusnya diidap oleh gadis cacat sepertiku.
Kusimpan cinta itu menjadi siksa jiwa. Aku tak peduli itu menyiksa, tak kuhiraukan meski sering membuatku menangis. Semua demi kelangsungan persahabatanku dengan Abraar.
Ya, persahabatan ! Aku tak boleh melewati garis batas itu. Sekali aku menyebut kata cinta buat Abraar, persahabatan itu akan hancur. Tak ingin kusesali ke-bodohanku kelak.
"Hey !"
Sapaan Kade membuat lamunanku buyar. Bahkan dia habis meninggalkan¬ku sendiri tanpa kusadari. Buktinya, sebuah careel berisi parasut telah bergantung di punggungnya. Dulu Abraar begitu gagah setiap membawa careel parasut seperti itu.
"Sori, aku ditugaskan untuk terbang. Untuk memberi aktraksi kepada para pengunjung di sini. Tapi aktraksi ini spesial kupersembahkan untukmu. Untuk awal perkenalan kita, " ujarnya sambil tersenyum.
Dia melebarkan parasutnya, memasang harness dan helm penga¬man. Entah berapa detik dia berdiri mematung, memperhatikan bendera kecil yang ditancapkan di salah satu tembereng bukit. Saat bendera itu berkibar pertanda ada angin, sejenak Kade melirikku sekali, lalu berlari mengambil awalan, dan di ujung ketinggian bukit, dia terbawa angin.
Seperti elang, Kade terbang mengitari perkebunan teh. Manarik dan mengulur tali parasutnya. Aku terpana melihatnya. Seolah Abraar yang sedang terbang di sana. Aku duduk kembali. Pengunjung yang lain masih terus menatapnya. Lain denganku, tadi ketika Kade terbang mengitari perkebunan teh, ada bahagia sekaligus ketakjuban melihatnya, tapi ketika dia memilih untuk terus menarik parasutnya, membuatnya, semakin tinggi. Di posisi terbangnya yang sejajar dengan matahari yang terhalang awan. Dia berhenti di situ. Berdiam diri! Lama sekali. Posisi seperti itu membuat kenanganku dengan Abraar datang mengiris.
Dua bulan terakhir kebersamaanku dengan Abraar, dia selalu terbang ke sana. Terbang hingga ketinggian yang sejajar dengan matahari sore. Padahal sebelumnya, dia tak pernah melakukan itu. Aku bisa menebak, jika dia. memen¬dam masalah berat dan melarikannya ke awan sana.
"Aku bahkan mau terbang hingga ke langit. Sayang nggak bisa! Meski kuyakin itu akan terjadi. Tak lama lagi!" ucapnya suatu sore, saat baru landing dari penerbangannya yang tinggi.
Sedikit pun aku tak menanggapi kalimat itu. Aku hanya memperhatikan dia sibuk melepaskan harness.
Kebiasaan Abraar terbang seperti itu, bermula saat dia dinyatakan gagal menjadi atlet nasional di olahraga paralayang. Jelas sekali ada kecewa, padahal sebelum mengikuti test dia sempat bercerita jika dia tak takut gagal. Toh, ini hanya kujadikan sebagai hobi sekaligus hiburan, katanya. Tapi akhirnya? Kegagalan itu membuatku menemukan Abraar yang lain dalam dirinya yang sebenarnya.
Aku mencoba belajar menghadapi kenyataan. Sedikit demi sedikit aku melangkah menjauh. Siapa tahu kedekatanku dengannya telah membuat dia bermasalah. Apalagi, akhir akhir ini sering kudengar dia menyebut nama Yuni di depanku. Kutahu dia mencintai¬nya, juga kuyakin jika Yuni tak akan menolak jika tahu perasaan Abraar.
Ketika kusadar bahwa aku menjadi penghalang, kucoba untuk beringsut. Bukankah mengharap terus cintanya, juga sebuah siksa bagiku? Jika aku menghindar, itu berarti aku telah memberi kebahagiaan buat Abraar yang juga pernah memberiku bahagia meski akhirnya aku melukai diriku sendiri dengan mimpi yang tak mungkin berwujud.
"Maukah kamu menerima cintaku?"
Seperti tak sadar ketika suatu hari, kudengar dia mengucapkan kalimat itu untukku.
"A..aku!" gugupku.
Dia mengangguk serius. Menatapku tanpa henti. Sayang sekali, tatapan yang sebelumnya selalu kuakui mendamai¬kan, saat itu malah membuat hatiku porak poranda. Bagaimana tidak, kalaupun aku pernah berani bermimpi untuk memilikinya, sedikit pun aku tak berani untuk mewujudkannya, Laksana terbang ke langit, saat untuk kedua kalinya dia mengucapkan cinta padaku. Aku melayang tanpa parasut. Terlebih, tanpa sayap! Karena aku memang bukan burung dara yang sempurna.
“Hey!”
Lagi lagi Kade datang melerai kenanganku bersama Abraar. "Kalau kamu mau, aku bisa memba¬wamu terbang seperti tadi. Aku biasa jadi pelatih untuk penerbang pemula." ucapnya sambil melirik jam di perge¬langannya. "Masih bisa untuk sekali penerbangan."
Aku menggeleng.
"Kenapa, takut? Sekali kamu terbang, kamu akan ketagihan. Yakinlah! Di atas sana kamu boleh membuang semua bebanmu. Bahkan melupakan semua masalahmu. Ketinggian selalu menjanjikan mimpi. Mimpi yang indah!" Kade memohon lagi.
Apapun alasannya. Aku tetap menggeleng! Aku pun tahu, ketinggian selalu memberi mimpi yang indah, tapi aku lebih tahu jika terkadang ngarai menunggu di bawah. Apa artinya melambung sejenak bersama mimpi sementara hati juga harus selalu siap untuk terluka saat harus terhempas?
"Okel Nggak apa apa. Tapi kamu mau jadi temanku, kan?"
Tatapanku lurus menancap ke bola mata Kade. Sedikit teriris hatiku mendengarnya. Bagaimana tidak? Kuyakin kalimat itu terucap darinya karena belum sadar jika gadis yang berada di depannya tak bisa berjalan normal.
"Apa untuk menjadi teman, aku harus menunggu lama?" lanjutnya lagi. "Padahal aku berharap lebih dari itu."
Tatapanku yang tadi menancap di bola matanya, kini kularikan ke kaki bukit. Sore semakin layu, kabut pun menebal. Di bawah sana, speaker Mesjid Atta'Awun mengalunkan kalimat suci. Sebentar lagi maghrib. Aku harus turun.
"Boleh, kan?" desaknya meminta jawaban.
Aku tetap diam. Gelap yang merambat membuat semua kendaraan yang melintas di jalan Jakarta Bandung harus menyalakan lampu sorotnya. Lintasan panjang berliku itu, yang tadi mirip anaconda raksasa yang sedang tertidur, kini kilatan kilatan lampu kendaraan yang melintasinya tak ubahnya barong¬sai raksasa yang sedang berjalan meliuk.
Pengunjung bukit mulai turun satu per satu. Kade berpindah ke depanku. Menatapku tajam! Tapi aku memilih untuk melangkah. Langkah pincang yang terseok. ¬Tersaruk saruk! Dan kuyakin, dengan melihat itu, Kade akan tercengang sekaligus mema¬tung. Tanpa pemah mau mengiringi langkahku.
Selangkah, dua dan tiga kali aku melangkah menuruni bukit. Tanpa berbalik pun kutahu, apa yang sedang Kade perbuat. Dia tak akan pernah mau berteman dengan gadis pincang sepertiku.
Ada haru yang menyeru¬ak ketika semakin kusadar bahwa Kade tak mengikuti langkahku. Bukan karena ingin dia bersamaku, sekali lagi bukan! Haru itu menye¬ruak karena mengingatkanku pada satu satunya orang yang mau melangkah bersamaku. Abraar!
Ramadhan tahun lalu pun aku masih sempat menuruni bukit ini bersama Abraar. Buka puasa dan shalat jama'ah di Mesjid Atta'Awun. Lalu pulang membawa moci dan peuyem sebagai oleh oleh.
Aku tak boleh menangis. Tekadku sambil menyeret langkah. Kuingin cepat tiba di mesjid. Menanti maghrib dan mengadukan semua bebanku pada Allah yang bersinggasana di langit yang jauh. Sekaligus mengirim doa buat Abraar di sana.
Aku tak pernah melupa¬kan selalu kupuji kemurahan hati Abraar yang mau berteman denganku. Meski untuk mencintaiku, belakang¬an kutahu jika itu hanyalah pelarian. Kepiawaian Abraar mempermainkan tali parasutnya, keberaniannya menan-tang angin, tak diragukan lagi untuk menjadi atlet nasional paralayang. Tapi, semua keahlian itu harus diabaikan karena dokter memvonisnya sebagai penderita kanker otak ketika ikut test kesehatan, dalam seleksi atlet nasional.
Lama sekali baru aku tahu penyakit Abraar itu, meski kulihat ada duka yang menggantung di setiap tatapannya. Meski kuarasakan ada keanehan dari sikapnya yang selalu menerbangkan parasut ke ketinggian yang sejajar dengan matahari. Barulah setelah dia terbaring lemas dan hendak menghembus¬kan napas terakhirnya, dia meminta maaf atas cinta semunya padaku.
Ada Yuni yang mengisi ruang hatinya. Begitu cintanya pada Yuni, Abraar tak ingin Yuni teruka dengan kehilangan dirinya kelak Aku pun jadi korban pelarian itu. Aku tak tahu perasaan apa yang berkeca¬muk di hatiku saat mendengar pengakuan Abraar. Aku ingin membenci tapi dia telah membuatku berarti.
Hanya sesaat setelah aku membasuh tubuhku dengan wudhu, adzan maghrib menggema. Segelas air putih kuteguk, tambah beberapa buah moci. Lalu meraih mukenah dan mengambil tempat di barisan jamaah yang hendak shalat.
Khusyu' sekali aku dalam shalat, lalu melantunkan doa untuk Abraar. Doa untuk ketenangannya di 'ketinggian' sana.
Ketika aku keluar mesjid, hendak membeli oleh-¬oleh khas Puncak. Kudapat-kan sosok Kade yang sedang menghampiri seorang cewek yang lumayan manis. Tentu saja aku tak cemburu apalagi terluka. Allah yang pemurah pernah mengirimkan Abraar untuk mencintaiku. Meski dengan cara lain. Kuyakin juga, Allah, kekasihku yang bersinggasana di langit sana, akan selalu hadir di hati. Untuk mendengar doaku!

Burj al-Arab

Kapal layar raksasa ini membentang. Di lautan tampak tinggi menjulang. tapiiiiii...... ternyata kapal layar raksasa itu sebuah hotel berbintang. WOW. Itulah Burj al-Arab, hotel tertinggi di dunia.


Tertinggi?? Termewah?? Terelok??
Boleh... boleh.Burj al-Arab memang pantas disebut tertinggi,termewah, dan terelok di dunia. Gedungnya merupakan bangunan tertinggi ke-15 di dunia yaitu 321 meter.
Lobi hotel ini juga disebut-sebut sebagai lobi tertinggi di dunia! Hhmmmm bayangkan,... sampai 180 meter! Bandingkan dengan tinggi Tugu Monas yang cuma 137 meter. Berarti kita bisa membawa Monas masuk ke lobi hotel dong???? Hahahahahahaha :p
Disebut termahal juga bisa. Karenaaaa....... harga sewa kamarnya yang paling murah saja lebih dari 10 juta rupiah semalam. Itupun belum termasuk biaya pajak. Weh..weh..weeeeehhh....
Dibilang terelok juga pantas karena hotel ini dibangun di lautan yang ditimbun dengan pasir jadi pulau buatan. Bentuknya seperti kapal layar terbang. wuuiiidiiiiiiiihhhh,,,,, indah dan mengagumkan.
Burj al-Arab berarti Tower of Arab alias Menara Arab. Gedung hotel ini merupakan gedung kebanggaan warga kota Dubai, Persatuan Emirat Arab karena hotel ini dibangun diatas laut Persia, untuk mencapai kesana harus dibuat jalan khusus. Jalan itu berupa sebuah jembatan yang terbentang dari tepi pantai hingga ke pulau buatan. Kalau mau lewat udara juga bisa, sebab di hotel ini ada helipad atau landasan helikopter.


Nah, istimewanya, landasan helikopter ini bisa digunakan sebagai lapangan tenis. tentu saja lapangan tenis ini jadi lapangan tenis tertinggi di dunia.

Rabu, 02 Februari 2011

semua tentang sebelas ipees dua :D

assalamualaikum,,,,,
apa kabar semuaaaa????
baik baik saja kan???
aku mau ceritaaaa nih tentang kelas sebelas ipees dua :*
awalnya sih pada diem2an,,,,
tp pas udh kenal satu kelas udh jadi satu keluarga,,,,,
akraaaaaaaaaaabbbbbbb bangaaaaaaaaaaaaaaaaaaaatttt :D
dan aku belum pernah lho masuk di kelas seseru ini,,,,,
ckckckckck
anggota dari c2 adalah:
danu ian andin maidah bima candra eldy fatahur fina firman hilda husnul khaerul joko muslim nadia uun rama reza rini vany siro aini syiera ghea echa yuni,,,,,
struktur organisasinya :
wali kelas                   : Dra. Anjar Cahyo Peni
ketua kelas                 : Reza Abdurrofi            
wakil ketua kelas        : Yuni Ayu Indah Lestari
sekertaris                   : Andin Subhan Reza Setiawan
                                   Syarifah Aini
bendahara                  : Al Maidah Ariani
                                   Husnul Khotimah
seksi kebersihan         : Candra Gupta
seksi keagamaan        : Joko Sukma Fazrie
seksi keamanan          : Fatahurrahman
seksi olahraga            : Eldy Meyrendi
seksi upacara             : Yelsha Al-Isra'
seksi kesenian            :  Nadia Nur Fitriani

susah untuk aku lupakan kenangan2 di c2,,,,,
pagi-pagi ngaji bersama,,,,
kalau ada pr pasti ngerjainnya kebut2an,,,,
hahahahahahahaha :p
kalau tidak ada guru paling cerita-cerita sambil dengar lagu,,,,,
dan yang paling aku tidak bisa lupakan waktu itu main gaplek pake bedak
-_________________________-"
untung aku gak ikutaaaaannn :p
tapi seru looohhhh,,,,,,
trus pas bu anjar gak masuk kita pada pesta kuaciiiiiiii,,,,,
huahahahahahahahaha
ssssssssttttttttttttttt,,,,,,,
nanti ketahuan bu anjar :D
trus kalau istirahatnya lebih awal pasti kantin umi penuh sama anak c2 :p
kalau urusan makan anak ips 2 lah juaranya :D
kyk kemarin kerumah candra,,,,,
itung2 cuman 4 orang yang gak datang,,,,,
dan satu lagi kebiasaan c2 yaituuuuuuu foto-foto :D
habis ngabisin makanan dirumah candra ya pasti kerjaannya poto-poto :p
trus juga kisah 22 desember 2010
itu harinya nikita willy lhooo,,,,
buktinya pas karoekean di nav lagu yg paling sering dinyanyikan lagu ku tetap menanti -,-
trus pulangnya baganyah di dapur echa,,,,,
buat nasi goreng super pedaaaassssss,,,,,,
tp sayangnya aku udh pulang :(
kalau ada lomba-lomba disekolah kami selalu berusaha memberikan yang terbaik,,,,,
akhir-akhir ini c2 kesarungan teka-teki -,-
apalagi si ketua kelas -___________-" paling antusias sama teka-teki
bagi yang punya teka-teki yg logis silahkan datang ke c2 :D

mungkin sekian cerita dari sebelas ipees dua,,,,,
masih banyak kisah2 lain yang belum aku ceritakan disini,,,,
dan satu hal,,,
aku tidak mau pisah dengan XI IPS 2
aku harap nnti pas kenaikan kelas 3 ipees dua nggak dibaur,,,,,
amiiiiiiiiiiiinnnnnn
udah dulu ya,,,,,
maaf kalau ceritanya amburadul
hehehehehehe
wassalamualaikum,,,, :)